Dollar Cost Averaging: Strategi Aman atau Berisiko untuk Saham?

Investasi9 Views

Pernah dengar istilah Dollar Cost Averaging (DCA)? Strategi ini sering digunakan oleh investor untuk membeli saham secara rutin dengan nominal tetap, tanpa memperhatikan harga saat itu. Kedengarannya simpel dan aman, kan? Tapi ternyata, DCA juga punya kelemahan besar, terutama kalau digunakan untuk saham individual.

Dalam artikel ini, Navsia akan bahas:

  1. Apa itu Dollar Cost Averaging (DCA).
  2. Kenapa strategi ini kurang cocok untuk saham individual.
  3. Kapan dan bagaimana DCA bisa digunakan dengan aman.

Apa Itu Dollar Cost Averaging?

Dollar Cost Averaging adalah metode investasi di mana investor membeli saham dengan jumlah uang tetap secara berkala, misalnya setiap bulan, tanpa memperhatikan harga saham saat itu.

Contohnya:

  • kamu menginvestasikan Rp1 juta setiap bulan di saham tertentu, baik saat harganya sedang naik atau turun.

Strategi ini sering dianggap sebagai cara “aman” untuk menghindari risiko salah waktu membeli saham. Namun, jika diterapkan pada saham individual, DCA bisa menjadi berisiko.

Kenapa DCA Kurang Cocok untuk Saham Individual?

Ada 5 alasan utama mengapa DCA tidak disarankan untuk saham individual:

Mengasumsikan Harga Saham Akan Selalu Naik

  • Indeks saham seperti IHSG memang cenderung naik dalam jangka panjang karena mencerminkan keseluruhan pasar. Namun, saham individual tidak memiliki jaminan ini.
  • Banyak saham bagus di masa lalu seperti Unilever atau Kalbe Farma yang sekarang sulit naik karena pertumbuhan labanya melambat.
  • Tidak ada jaminan saham individual akan selalu pulih setelah turun.

Risiko Membeli di Harga Terlalu Tinggi

  • Dalam DCA, kamu membeli saham secara rutin, bahkan saat harganya sedang mahal.
  • Contohnya: Saham Unilever pernah diperdagangkan dengan PE ratio 60 kali (sangat mahal) sebelum akhirnya turun drastis. Jika kamu membeli saat itu, keuntungan jangka panjang kamu akan tertekan.

Tidak Memperhatikan Nilai Wajar Saham

  • DCA mengabaikan nilai wajar, sehingga kamu mungkin membeli saham saat mahal. Misalnya, jika nilai wajar saham Rp10.000, tapi kamu membelinya di Rp15.000 hanya karena rutinitas DCA, itu bisa mengurangi potensi keuntungan.

Berisiko di Pasar Bearish

  • Saat harga saham turun, belum tentu itu peluang membeli. Penurunan bisa disebabkan oleh perubahan fundamental yang permanen, seperti:
  • Persaingan baru.
  • Skandal manajemen.
  • Kebijakan pemerintah yang merugikan.
  • Membeli saham yang sedang “tenggelam” tanpa analisis dapat memperbesar kerugian.

Kehilangan Peluang Investasi Lainnya

  • DCA mengharuskan kamu mengalokasikan dana untuk saham tertentu secara rutin. Akibatnya, kamu kehilangan fleksibilitas untuk memanfaatkan peluang di saham lain yang mungkin sedang diskon besar.

Lalu, Apa Alternatifnya?

Jika DCA untuk saham individual berisiko, bagaimana cara investasi yang lebih aman?

Gunakan Strategi Value Investing

  • Contoh: Jika nilai wajar saham adalah Rp12.000, kamu hanya membeli saat harganya Rp8.400 (diskon 30%).

Diversifikasi dengan Reksadana Indeks

  • DCA cocok untuk reksadana indeks yang secara otomatis menyebarkan investasi kamu ke banyak saham.
  • Dengan Rp100 ribu, kamu sudah bisa membeli 30 saham sekaligus, mengurangi risiko dari penurunan satu saham individual.

Pantau Fundamental Saham

  • Jangan beli saham secara rutin tanpa mengecek kondisi fundamentalnya. Jika ada perubahan signifikan, evaluasi kembali nilai wajar saham tersebut.

Kapan DCA Bisa Digunakan?

Dollar Cost Averaging bisa jadi strategi yang tepat jika:

  1. Menggunakan reksadana indeks atau ETF untuk mengikuti performa pasar secara keseluruhan.
  2. Berinvestasi secara pasif tanpa waktu atau pengetahuan untuk menganalisis saham individual.

Namun, pastikan tetap melakukan diversifikasi untuk meminimalkan risiko.

Bijak dalam Menggunakan DCA

Dollar Cost Averaging memang terdengar sederhana dan efektif, tetapi tidak selalu cocok untuk semua jenis investasi, terutama saham individual. Sebagai gantinya, fokuslah pada analisis nilai wajar, diversifikasi, dan strategi investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risiko.

Jika ingin aman dan praktis, pertimbangkan menggunakan reksadana indeks untuk menerapkan DCA. Dan jika tertarik dengan pendekatan value investing, luangkan waktu untuk belajar menganalisis saham dengan lebih mendalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *