Teknologi pendidikan atau education technology (ed-tech) akan memainkan peran penting dalam mendukung pendidikan umum gratis atau berbiaya rendah. Kenyataan ini tidak sepenuhnya tepat tapi juga bukan berarti meleset.
Gelombang perubahan teknologi digital saat ini mempengaruhi setiap sektor industri. Artinya, dibutuhkan sumber daya manusia dengan keterampilan yang jauh lebih maju dan beragam daripada pekerja satu generasi yang lalu.
Pendidikan jadi satu-satunya jalan menuju sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh industri saat ini. Kabar buruknya, untuk mendapatkan pendidikan semacam itu, harganya tidak murah.
Apalagi, sudah mulai terlihat adanya kesenjangan antara berbagai strata ekonomi dalam dunia pendidikan. Teknologi pendidikan mencoba memangkas hal tersebut.
Teknologi digital dapat membantu pendidikan menjangkau audiens baru dan menata ulang penyampaian pendidikan atau proses belajar mengajar.
Harapan besarnya nanti adalah teknologi pendidikan akan mendukung terciptanya ekosistem layanan pendidikan umum gratis atau berbiaya rendah.
Peran vital teknologi layanan pendidikan sebenarnya sudah bisa dirasakan per hari ini. Hanya saja, banyak orang tidak menyadarinya.
Karena sifatnya yang sehari-hari, sebagian besar layanan pendidikan berbasis teknologi terasa sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja.
Padahal, ada sejumlah inovasi dan ide besar mengembangkan pendidikan inklusif di balik teknologi pendidikan.
Berikut ini 3 efek layanan teknologi pendidikan bagi proses belajar mengajar yang lebih inklusif di masyarakat:
1. Adaptasi dan Personalisasi
Para guru jadi makin sadar pada kenyataan apa yang bisa membantu aktivitas belajar seorang siswa bisa jadi tidak berguna bagi siswa lain. Atau apa yang tidak masuk akal bagi seorang siswa bisa jadi sebagai satu-satunya hal yang sinkron dengan pemikiran siswa lain.
Otak setiap orang bekerja secara berbeda-beda. Karenanya, setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Sayangnya, selama bertahun-tahun, semua siswa dianggap sejenis dan justru jadi seperti robot.
Bagaimana teknologi mempengaruhi pendidikan? Ed-tech memecahkan masalah dengan memberikan ruang bagi siswa untuk beradaptasi.
Ed-tech memungkinkan siswa bisa mengakses banyak manfaat dan menyesuaikan diri dengan sejumlah pilihan metode pembelajaran.
Dengan begitu, sebuah solusi di satu siswa bisa jadi tidak akan sama di siswa lain. Akan tetapi, guru tetap dapat menyesuaikan rencana pembelajaran dengan lebih inklusif.
Titik tengah tersebut akan mungkin tercapai bila guru berhasil mengombinasikan pemahaman layanan teknologi pendidikan, rencana pembelajaran, dan kemampuan memahami keunikan masing-masing siswanya.
2. Penekanan Lebih Besar pada Interaktivitas
Sebagian besar model pendidikan konvensional fokus pada siswa pasif. Siswa duduk, diam, mendengarkan guru berbicara, atau membaca kata-kata di halaman buku teks.
Konsep tersebut menyisakan sedikit ruang untuk keterlibatan dan aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar. Siswa akan cenderung bosan dan pasif.
Teknologi pendidikan punya kecenderungan sebaliknya. Ed-tech justru memancing anak untuk aktif dan lebih interaktif membahas topik yang didiskusikan.
Sebagai contoh sederhana, siswa dapat terlibat langsung dengan model dan video interaktif, menavigasi situs web, menjelajahi internet untuk penelitian, dan banyak lagi.
Berbagai aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan gratis atau berbiaya murah. Sebagian besar konten pendidikan di platform media sosial atau situs berbagi konten memberikan bahan-bahan pendidikan interaktif dengan cuma-cuma.
Meskipun tidak semua konten pendidikan diberikan secara gratis, namun usaha dari para penyedia layanan aplikasi belajar online terbaik di Indonesia patut diberikan apresiasi. Perusahaan berbasis teknologi pendidikan ini memungkinkan aktivitas dan interaksi digital terjalin dengan lebih cair, informal, dan melewati batas-batas tertentu.
Dari interaktivitas tersebut, pemahaman siswa pada sebuah topik belajar akan jadi lebih luas dan lebih mudah memancing diskusi.
Ujungnya, interaktivitas ed-tech membantu memicu minat siswa pada topik pembelajaran, yang mengarah pada peningkatan retensi dan keinginan untuk memahami topik tersebut lebih dalam.
3. Peningkatan Kemampuan untuk Mengikuti Peristiwa Terkini
Sistem pendidikan konvensional didominasi pada ketergantungan atas pada buku teks. Buku teks hampir seperti satu-satunya alat pengajaran yang dimiliki seorang guru.
Dalam sejumlah kasus, sebagian besar informasi di buku teks, setidaknya, berusia 1 hingga 2 tahun. Beberapa informasi bahkan lebih tua dari 2 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses penerbitan buku teks sekolah yang panjang.
Pada masa lalu, fenomena buku teks dan usia informasi itu bukan masalah besar. Akan tetapi, dunia bergerak lebih cepat dan lebih jauh. Siswa memiliki referensi lain atas sebuah topik yang sama di buku teks.
Referensi tersebut berasal dari inovasi teknologi digital bernama internet dan gawai. Adanya referensi ini membuat siswa membandingkan apa yang ada di buku teks dengan apa yang ia dapat dari internet.
Permasalahan terjadi saat informasi di buku teks kadaluwarsa. Sehingga, guru perlu menjelaskan lebih lanjut kenapa ada perbedaan informasi tersebut.
Teknologi pendidikan memungkinkan guru membuat siswa tetap up to date pada peristiwa terkini. Akan tetapi lebih dari itu, guru bisa membibing siswa melihat museum virtual, eksperimen terbaru, atau penemuan mutakhir.
Dengan menggunakan layanan teknologi pendidikan semacam PowerPoint, YouTube, teknologi blogging, dan mesin pencari, guru dapat membantu siswa memahami dunia modern yang mereka tinggali.