Kenapa Ojek Online (Ojol) Gak Layak Jadi Penghasilan Utama: Penghasilan Tak Stabil, Biaya Tinggi, Tekanan Mental

Finansial29 Views

Kalau sekarang ngeliat driver ojol kerja keras dari pagi sampai malam, jangan langsung mikir mereka sukses. Faktanya, banyak yang cuma bisa nutup biaya operasional dan cilakan hidup dari hari ke hari. Itu sebabnya ojol sebenarnya kurang cocok dijadikan penghasilan utama kalau belum ada strategi penghasilan tambahan dan investasi skill.

Tekanan mental dan fisik tanpa batas

Tapi kenyataannya, kebebasan itu cuma ilusi. Begitu berhenti, nggak ada penghasilan, nggak ada jaminan. Tubuh capek, pikiran penuh soal target harian, sambil mikir bensin habis, motor butuh servis, dan pesenan seret. Saat hujan atau sakit, penghasilan langsung nol. Tekanan mental jadi beban yang terus jalan, sedangkan fisik makin rentan kelelahan.

Di balik nilai kotor di aplikasi

Misalnya sehari dapet Rp300 ribu, orang kira itu banyak. Tapi itu nilai kotor. Dikurangi bensin, makan di jalan, parkir, kuota internet, servis motor—akhirnya bersihnya jauh dari ekspektasi. Banyak driver gak sadar kalau pengeluarannya lebih besar dari yang terlihat. Akibatnya, tiap hari kerja keras cuma buat berjalan di tempat, bukan perkembangan.

Sekarang ini ojek online bukan cuma pilihan kerja sambilan. Banyak yang menjadikannya sumber utama penghasilan. Katanya kerja bebas, bisa langsung dapat duit, tanpa ijazah atau pengalaman. Tapi kalau dilihat lebih dalam, kenyataannya gak semudah itu.

Penghasilan ojol tak stabil dan risiko finansial

Pendapatan driver ojol begitu rawan. Cuaca buruk, algoritma aplikasi, jumlah driver banyak—semua bisa bikin orderan sepi sewaktu-waktu. Tanpa keberpihakan sistem aplikasi. Jika tidak dirancang strategi penghasilan lain, nari ojol setiap hari malah bisa jadi jebakan finansial jangka panjang.

Biaya operasional yang diam-diam mencuri

Motor bukan cuma kendaraan, melainkan alat produksi penting. Servis rutin, ganti ban, kampas rem, tune up—semua biaya itu daftarnya panjang dan seringkali terabaikan. Cicilan motor, bensin, parkir kecil-kecil itu numpuk jadi beban harian tanpa terasa. Begitu tiba-tiba motor rusak, penghasilan berhenti, dan kondisi darurat bikin panik.

Tekanan kerja dan fleksibilitas palsu

Dari luar, kerja ojek online terlihat bebas. Tapi kenyataannya sistem bikin driver terus kejar target sampai malam. Nggak ada batas ideal jam kerja. Fisik capek, pikiran kosong, dan mental terbebani. Fleksibilitas itu hanya permukaan—realitasnya driver malah merasa lebih tertekan daripada pekerja formal yang punya jam kerja jelas.

Stuck tanpa skill dan masa depan

Karena fokus ke kerja harian, banyak driver gak punya waktu atau energi untuk upgrade skill. Pendidikan digital, bahasa asing, desain, atau bisnis online—semua tertunda karena kelelahan. Akibatnya mereka justru tidak siap ketika nanti ojol tidak lagi bisa diandalkan. Itu membuat potensi mereka terbatas, tanpa arah maju yang jelas.

Kenapa driver ojol wajib punya rencana cadangan

Bekerja sebagai driver ojol memang bisa jadi solusi sementara. Untuk jangka panjang, perlu strategi lain: belajar skill baru, mulai usaha kecil, atau mencari penghasilan pasif. Tanpa ini, driver cepat terjebak di rutinitas yang menyedot energi tanpa hasil pertumbuhan atau keamanan finansial.

Jangan cuma bertahan, tapi juga berkembang

Ojol bisa jadi pintu masuk mencari penghasilan cepat. Tapi kalau dijadikan satu-satunya sumber tanpa strategi, dampaknya malah merugikan. Banyak driver yang sekadar bertahan hidup, tidak berkembang. Tanpa kita sadari, energi itu tersedot tiap hari tanpa ada progres.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *