Kalau sekarang kamu masih kesandung terus tiap kali interview kerja pakai bahasa Inggris, tenang aja. Nggak usah mikir “kayaknya bukan rezeki,” karena sebenarnya justru di situlah rezeki mulai bertumbuh.
Nggak Bisa Bahasa Inggris Bukan Akhir Dunia
Rasa ditolak itu memang pahit, tapi dari situ kita tahu: mental tahan banting adalah tiket utama buat kerja di luar negeri.
Interview Kerja Bahasa Inggris Itu Kayak Naik Pesawat: Ribet di Awal, Nikmat di Udara
Kadang kita ngerasa udah usaha maksimal — udah belajar grammar, latihan pronunciation di depan kaca, sampai ngikutin semua konten HR di TikTok.
Jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri. Bisa jadi kamu gagal bukan karena salah jawab atau aksenmu aneh, tapi memang ada kandidat internal, atau mungkin mereka cari yang bisa Bahasa Mandarin. Bukan berarti kamu nggak cukup bagus.
Rejection = Upgrade, Bukan Tamat
Setiap kali gagal interview, jangan buang kesempatan itu cuma buat galau. Simpan semua pertanyaan yang keluar dan evaluasi jawaban kamu. Apa yang kurang? Bagian mana yang bisa diimprove?
Dan jangan gengsi buat nanya ke HRD atau recruiter soal feedback. Jawabannya bisa jadi insight emas buat persiapan next interview. Kalau bisa, simpan semua hasil analisis itu di satu dokumen—anggep aja portfolio perkembangan diri.
Latihan Bahasa Inggris Sendiri? Kurang. Harus Bareng Orang Lain!
Percaya deh, latihan ngomong bahasa Inggris sendirian itu kayak nyanyi di kamar mandi: pede, tapi belum tentu enak didenger. Coba roleplay bareng temen yang jago English, atau ajak pasangan bantuin koreksi. Kadang kita baru sadar salah ketika dikasih feedback langsung.
Bahkan native speaker pun masih butuh simulasi sebelum interview. Jadi jangan ragu buat minta bantuan.
Framework Jawaban Interview: STAR Itu Wajib
Jangan asal jawab waktu ditanya soal pengalaman kerja. Gunakan framework STAR (Situation, Task, Action, Result). Tapi jangan berhenti di situ, kemas jawaban kamu dengan strategi, leadership, kolaborasi tim, dan data konkret.
Misal ditanya soal proyek inovasi, jangan cuma cerita “aku pernah bikin produk baru.” Ceritakan latar belakangnya (situation), tantangannya (task), langkah yang kamu ambil (action), dan hasil nyatanya (result). Lengkapi dengan angka biar makin meyakinkan.
Jangan Ke-Pedean Juga
Over-confident itu jebakan. Kadang karena udah sering latihan, kita ngerasa jawaban kita udah bagus banget, padahal justru jadi nggak natural. Jaga agar tone kamu tetap rendah hati meskipun kamu punya banyak prestasi.
Tunjukkan kamu haus belajar, tapi tetap rendah hati. Seperti pemain bola habis cetak hattrick — tetap bilang, “semua ini karena kerja sama tim.”
Nggak Ada Proses yang Sia-Sia
Bayangin gini: kalau kamu harus ikut 200 interview bahasa Inggris sebelum dapat kerja impianmu di Eropa dengan gaji tiga kali lipat, apa kamu bakal berhenti di interview ke-7?
Nggak, kan? Jadi terusin aja. Setiap kali ditolak, anggap itu satu langkah lebih dekat ke acceptance letter yang kamu tunggu-tunggu. Yang orang ingat bukan kamu gagal 50 kali, tapi kamu sukses di percobaan ke-51.
Akhir yang Sebenarnya: Tuhan Gak Pernah Salah Alamat
Rezeki memang urusan Tuhan, tapi kerja keras itu domain kita. Kadang kita ditolak bukan karena kita kurang layak, tapi karena Tuhan tahu: ada kerjaan yang lebih cocok di depan sana. Bisa jadi bos di kerjaan yang tadi toxic, atau lingkungannya nggak sehat buat kamu. Rezeki emang di tangan Tuhan, tapi effort-nya? Tetap di tangan kamu.






