Memilih investasi memang penuh pertimbangan. Sering kali, kita bingung berapa persen dana yang harus kita alokasikan ke saham, reksa dana, deposito, bahkan aset-aset lain seperti Forex atau digital.
Banyak yang ingin komposisi investasi yang optimal: imbal hasil tinggi tapi risiko minim. Konsep aturan 100 adalah pedoman sederhana yang membantu menyusun komposisi portofolio investasi di setiap tahap usia, dari 20-an hingga 60-an.
Apa Itu Rule of 100?
Sederhananya, aturan 100 adalah formula untuk menentukan berapa banyak dana yang sebaiknya dialokasikan ke saham dan fixed income (aset pendapatan tetap).
Cara menghitungnya cukup mudah: kurangi angka 100 dengan usia kita. Hasilnya adalah persentase yang dianjurkan untuk ditempatkan di aset saham. Sisa hasilnya adalah persentase untuk aset pendapatan tetap.
Cara Membuat Portofolio Investasi
Misalnya, jika usia kita 30 tahun, rumusnya menjadi:
- 100 – 30 = 70% dialokasikan ke saham, dan
- 30% sisanya untuk aset fixed income.
Contoh alokasi sesuai usia:
- Usia 20-an: Lebih banyak alokasi ke saham, karena toleransi risiko lebih tinggi.
- Usia 30-an hingga 40-an: Mulai seimbangkan antara saham dan aset pendapatan tetap.
- Usia 50-an hingga 60-an: Fokus utama bergeser ke stabilitas, lebih banyak dialokasikan ke fixed income.
Pilihan Aset Saham dan Fixed Income
Aturan 100 membedakan alokasi pada dua jenis aset utama: saham dan fixed income. Berikut beberapa opsi untuk masing-masing aset:
Aset Saham
- Saham Perbankan – Seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI yang punya laba stabil.
- Blue-chip – Saham perusahaan besar yang kinerjanya mapan, seperti Astra dan Indofood. Meski sedang undervalued, mereka punya peluang besar untuk memberi dividen.
- Reksa Dana Saham – Baik reksa dana saham aktif maupun indeks seperti indeks Sri Kehati atau IDX30, yang memiliki risiko lebih rendah dibandingkan membeli saham individual.
Aset Fixed Income
- SBN Ritel – Obligasi negara seperti ORI dan sukuk menawarkan return sekitar 6%, tapi punya masa jatuh tempo lebih panjang.
- Deposito Bank Umum – Memiliki jatuh tempo lebih pendek tapi return lebih kecil.
- Deposito BPR – Produk deposito dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ini bisa menjadi pilihan dengan return yang lebih tinggi, mencapai 6,75% per tahun.
Mengapa Rule of 100 Penting?
Aturan ini didasarkan pada prinsip bahwa usia muda memiliki toleransi risiko lebih tinggi, jadi mereka bisa menempatkan lebih banyak aset pada instrumen investasi yang berpotensi tinggi namun fluktuatif seperti saham.
Sebaliknya, investor yang lebih tua memerlukan stabilitas, jadi mereka akan lebih banyak mengalokasikan ke instrumen berisiko rendah.
Analisis Portofolio Investasi
Meskipun aturan 100 ini bisa menjadi pedoman, setiap investor punya kebutuhan dan situasi berbeda, sehingga alokasinya bisa dimodifikasi sesuai kondisi masing-masing.
Contoh Komposisi Portofolio Berdasarkan Usia
Setiap tahap usia memiliki komposisi portofolio yang berbeda.
Portofolio dan Analisis Investasi
Berikut adalah simulasi alokasi berdasarkan usia untuk lebih memahami aplikasinya:
Usia 20-an:
- Misal, dengan Rp20 juta, Bobi bisa mengalokasikan:
- 80% di saham (Rp16 juta) dan 20% di fixed income (Rp4 juta).
Usia 30-an:
- Dengan penghasilan yang meningkat dan portofolio Rp200 juta, Bobi bisa mengalokasikan:
- 70% di saham dan 30% di fixed income.
Usia 40-an:
- Portofolio yang terus bertumbuh hingga Rp800 juta, bisa disusun:
- 40% fixed income sisanya saham.
Usia 50-an:
- Dengan portofolio mencapai Rp1,5 miliar, Bobi bisa menyeimbangkan antara risiko dan stabilitas:
- 50% fixed income dan saham.
Usia 60-an:
- Dengan total portofolio Rp3 miliar, komposisi yang sesuai adalah:
- 40% di saham (Rp1,2 miliar) dan 60% di fixed income (Rp1,8 miliar).
Di usia 60-an, pendapatan pasif menjadi semakin penting. Fixed income bisa menjadi sumber stabilitas, sementara sebagian kecil saham yang memberikan dividen juga dapat membantu menjaga arus kas.
Contoh Diversifikasi Portofolio Investasi Yang Baik
Sebagai contoh portofolio pribadi berdasarkan aturan 100, saat berusia 36 tahun, alokasi portofolio terdiri dari:
- Saham (75,1%): Dominasi pada saham menunjukkan toleransi risiko yang masih tinggi.
- Reksa Dana Indeks (17,3%): Untuk menjaga sebagian stabilitas, meski masih dalam kategori saham.
- Obligasi dan SBN (2,2%): Bagian dari fixed income.
- Deposito (5,4%): Menambah stabilitas portofolio.
Ini memang tidak mengikuti aturan 100 secara ketat (64% seharusnya di saham untuk usia 36 tahun), tapi pengalaman di pasar membuat nyaman dengan fluktuasi saham yang lebih tinggi. Aturan 100 tetap jadi pedoman dasar, tapi bisa dimodifikasi sesuai situasi pribadi.
Pertanyaan Lain tentang Aset dalam Portofolio
Apakah boleh hanya mengandalkan fixed income untuk portofolio? Tentu boleh, terutama jika kita tidak nyaman dengan risiko pasar saham. Beberapa orang bahkan menyusun portofolionya 100% pada SBN, deposito, atau produk fixed income lain.
Bagaimana dengan aset emas?
Emas bisa menjadi pelindung nilai portofolio, terutama saat pasar sedang bergejolak. Biasanya, literatur keuangan menyarankan alokasi emas sebesar 5-20% dari total portofolio.
Aset digital dan koleksi lainnya?
Sebagian investor memasukkan aset digital, seperti cryptocurrency, atau barang koleksi, tapi saya pribadi lebih memilih instrumen yang memberi cash flow, seperti saham dividen atau deposito.
Aturan 100 adalah panduan yang membantu menentukan komposisi portofolio di setiap tahap usia. Dengan memahami prinsip dasar ini, kita bisa menyusun portofolio investasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuangan di setiap tahapan kehidupan.