5 Penyesalan Terbesar Menjelang Ajal Menurut Buku The Top Five Regrets of the Dying

Motivasi112 Views

Ada kalanya manusia baru sadar ketika hidup tinggal hitungan hari. Penulis asal Australia, Bronnie Ware, pernah merangkum cerita pasien-pasien sekarat yang kemudian diterbitkan dalam buku The Top Five Regrets of the Dying. Dari ratusan percakapan itu, muncul pola yang sama: ada lima penyesalan terbesar menjelang ajal yang ternyata sering terulang.

Menyesal Karena Terlalu Sibuk Bekerja

Tidak sedikit orang tua yang berangkat sebelum anaknya bangun dan pulang ketika anak sudah tertidur. Uang memang terkumpul, tetapi waktu berkualitas bersama keluarga hilang begitu saja. Ketika usia senja datang, banyak yang baru sadar: anak-anak sudah dewasa, pasangan semakin jauh, orang tua sudah tiada. Penyesalan ini jadi pengingat bahwa kerja keras memang penting, tapi kebersamaan jauh lebih berharga.

Tidak Berani Jadi Diri Sendiri

Banyak yang memilih jurusan kuliah karena dipaksa, menekuni pekerjaan yang tidak disukai hanya karena takut mengecewakan keluarga, atau ikut kebiasaan lingkungan supaya diterima. Padahal, pada akhirnya mereka menyesal hidup dengan bayang-bayang ekspektasi orang lain. Hidup yang autentik, sesuai keyakinan dan nilai pribadi, adalah kebahagiaan sejati yang sering terlupakan.

Penyesalan Karena Tidak Mengungkapkan Perasaan

“Aku sayang kamu,” “Aku maafkan kamu,” atau bahkan sekadar, “Aku butuh bantuan,” sering tertahan di tenggorokan. Rasa takut dianggap lemah membuat banyak orang menunda hingga kesempatan hilang. Pasien-pasien di rumah sakit mengaku mereka ingin sekali berbicara jujur lebih awal, namun waktu keburu habis. Perasaan yang tidak pernah terucap justru menjadi beban di detik-detik terakhir kehidupan.

Hubungan Dekat yang Terlupakan

Teman lama, sahabat masa kecil, atau keluarga yang selalu menunggu kabar—sering kali terlupakan karena kesibukan. Hingga suatu ketika ingin menghubungi, kesempatan sudah tertutup. Menurut Bronnie Ware, banyak pasien menyesal karena tidak menjaga relasi yang sejatinya memberi warna hidup. Kesuksesan atau mimpi pribadi memang penting, tetapi orang-orang yang selalu ada lebih layak diprioritaskan.

Tidak Mengejar Hal yang Membuat Bahagia

Kesempatan untuk mencoba sesuatu kerap ditunda: kursus musik, olahraga baru, perjalanan impian, atau sekadar menyatakan cinta. Hingga akhirnya waktu benar-benar habis. Penyesalan terbesar justru muncul bukan karena gagal, melainkan karena tidak pernah berani mencoba. Padahal kebahagiaan datang dari keberanian melangkah sesuai keyakinan, bukan dari penilaian orang lain.

Hidup Sebelum Terlambat

Jika direnungkan, lima penyesalan terbesar menjelang ajal ini adalah refleksi agar manusia tidak terlambat menyadari esensi hidup. Harta bisa dicari kembali, tapi waktu tidak bisa diputar ulang. Sebelum usia menua dan kesempatan lenyap, mari berani jadi diri sendiri, menjaga orang-orang terdekat, mengungkapkan perasaan, dan melakukan hal-hal yang benar-benar membawa kebahagiaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *