Cara Menghitung Nilai Wajar Saham BBRI dengan Prinsip Value Investing

Investasi22 Views

Kita bakal bahas cara menghitung nilai wajar saham pakai prinsip value investing. Contoh yang dipakai adalah saham BBRI yang dibeli sekitar sebulan lalu dengan harga Rp4.143, dan sekarang harganya udah naik sekitar 18,2% jadi Rp4.900!

Di sini kita akan bahas cara menentukan harga wajar, kapan waktu terbaik buat beli, dan kapan waktu yang pas buat jual. Yuk, langsung aja kita bahas satu per satu!

Konsep Nilai Wajar Saham dalam Value Investing

Buat yang belum familiar, value investing itu prinsip beli saham dengan harga diskon dan menjualnya saat harganya kembali ke nilai wajarnya. Kenapa bisa dapat harga diskon?

Karena pasar saham itu kadang suka “enggak rasional,” alias harga saham suka naik-turun terlalu jauh dari nilai sebenarnya.

Makanya, banyak orang bisa dapat BBRI di harga murah sekitar Rp4.100 dan saham-saham lain kayak BBNI waktu di harga Rp2.300 atau saham Jaya Konstruksi (JCON) di Rp77.

Cara Hitung Nilai Wajar BBRI

Langsung ke perhitungan nih. pakai rumus sederhana: nilai wajar = PE wajar × laba bersih. diasumsikan PE wajar BBRI sekitar 16,5 kali, sedikit di bawah rata-rata 5 tahun terakhir yang ada di 17,9 kali. Laba bersih BBRI asumsi Rp57,5 triliun, jadi kalau dihitung, nilai wajar BBRI jadi sekitar Rp6.325 per lembar.

Terus, gimana caranya biar bisa beli di harga yang lebih murah dari nilai wajarnya? Prinsipnya, kalau mau beli saat diskon 20%, berarti target beli di Rp5.060. Kalau mau diskon 30%, di Rp4.420. Gua sendiri beli di Rp4.143, jadi diskonnya sekitar 35% dari nilai wajar.

Kapan Waktu Terbaik buat Beli Saham?

Waktu terbaik beli saham bank blue chip itu saat harganya diskon sekitar 35%. Tapi ini bukan harga “paling bawah” dan tidak disarankan buat terobsesi sama beli di titik terendah. 99% saham yang dibeli biasanya turun dulu meski harganya udah diskon, baru kemudian harganya naik lagi.

Nah, kalo kalian lebih nyaman beli dengan diskon yang lebih kecil, misalnya 20%, kalian mungkin bisa beli lebih cepat, tapi mungkin harganya masih bisa turun. Di sisi lain, kalau kalian nunggu sampai diskon 50% baru beli (sekitar Rp3.160), risikonya harga bisa nggak turun sampai segitu dan kalian malah nggak kebagian.

Psikologis Saat Harga Saham Turun

Siapa nih yang suka ragu buat beli saham pas harganya turun? Kadang, harga saham turun puluhan persen karena sentimen negatif atau berita buruk jangka pendek. Misalnya, waktu BBRI sempat turun, ada berita soal kredit macet yang meningkat, suku bunga naik, atau kondisi ekonomi yang makin susah. Hal-hal kayak gini bikin banyak orang ragu buat beli.

Banyak orang juga ngalamin ini waktu beli BBNI di Maret 2020. Waktu itu, dibeli di Rp4.840, tapi besoknya malah turun sampai ARB berturut-turut sampai Rp3.160. Untungnya, ditahan, jadi akhirnya bisa nikmatin keuntungan 100% waktu harga BBNI naik ke Rp9.875 dua tahun kemudian.

Kapan Waktu Terbaik Buat Jual Saham?

Sekarang, kapan sih sebaiknya kita jual saham? Setelah beli di diskon, kita perlu tahu juga kapan harus jual. Kebanyakan orang biasanya jual kalau dua syarat ini terpenuhi: (1) harga saham udah balik ke nilai wajarnya, dan (2) ada peluang investasi lain yang harganya lebih murah.

Contohnya, waktu jual BBNI di 2022, ketemu peluang di saham Total Bangun Persada (TOTL) di harga Rp307, yang akhirnya naik 90%. Jadi, lebih suka pindahin dana ke peluang lain yang lebih potensial kalau valuasinya udah “mentok.”

Gimana Kalau Mau Hold Saham Selamanya?

Hold saham selamanya, alias hold forever, juga bisa jadi pilihan buat saham yang bener-bener bagus. Tapi, harus ada ekspektasi yang realistis, ya. Kalau valuasi saham udah tinggi, misalnya, maka kenaikan harga selanjutnya nggak akan secepat saat beli di harga diskon.

Sebagai contoh, setelah BBRI balik ke harga wajarnya sekitar Rp6.300, pertumbuhan harga sahamnya mungkin akan tergantung pada pertumbuhan laba bersihnya yang konsisten, sekitar 7% per tahun. Jadi, buat yang puas dengan return sekitar 12% per tahun (termasuk dividen), strategi hold forever bisa jadi pilihan yang pas.

Menentukan PE Wajar dari Suatu Saham

Terakhir, gimana sih caranya menentukan PE wajar? Dalam contoh BBRI ini, ditetapkan PE wajar sekitar 16,5 kali, lebih rendah sedikit dari rata-rata PE lima tahun terakhir yang sekitar 17,9 kali. Kita juga bisa lihat perbandingan dengan bank lain kayak BCA dan BBNI, yang punya PE masing-masing di 27,1 kali dan 15,7 kali.

Buat menentukan PE wajar, biasanya pakai yang namanya discount rate. Buat BCA, discount rate set di 9%, BBRI di 10,5%, dan BBNI di 12%. Dengan cara ini, dapet hasil valuasi yang lebih sesuai buat tiap bank, dan hasil akhirnya adalah BCA dihargai PE 24 kali, BBRI 16,5 kali, dan BBNI 13 kali. Walaupun cara ini keliatan simpel, tetap perlu asumsi yang tepat, ya, biar nggak kejauhan dari realita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *