Transportasi Umum Jakarta: Harapan Baru untuk Mobilitas Warga

Transportasi14 Views

Jakarta, kota megapolitan yang super sibuk, setiap hari dihuni oleh 26 juta perjalanan. Dari angka itu, hanya sekitar 5,7 juta orang yang memilih menggunakan transportasi umum. Artinya, sekitar 20% mobilisasi harian mengandalkan angkutan publik.

Tapi, apakah angka ini sudah cukup? Menteri Perhubungan menargetkan angka ini naik menjadi 30%, bahkan kalau bisa 40%. Tentu saja, ini akan menjadi tantangan besar.

Transportasi Umum Jakarta

Salah satu cara agar masyarakat lebih tertarik naik transportasi umum adalah meningkatkan frekuensi layanan. Saat ini, MRT dan LRT di Jakarta sudah cukup baik dengan jadwal setiap 10 menit.

Tapi, kondisi ini belum merata, terutama untuk angkutan kecil seperti mikrotrans dan angkot di beberapa wilayah. Jaklingko, sebagai program integrasi angkutan umum, sebenarnya sudah mulai menyerap beberapa trayek angkot, tapi anggaran yang terbatas menjadi kendala besar.

Solusi Transportasi Jakarta

Kemudian ada isu coverage alias cakupan layanan. Jakarta Selatan dan Pusat mungkin sudah lumayan, tapi coba tengok ke Jakarta Barat atau Jakarta Utara. Di sana, cakupan transportasi umum masih jauh dari memadai.

Contoh sederhana, perjalanan dari Jakarta Barat ke pusat kota bisa menjadi tantangan tersendiri. Ini menunjukkan bahwa kita masih butuh pemimpin yang fokus menyelesaikan pekerjaan rumah daripada membuat proyek-proyek besar yang hanya bagus di atas kertas.

Integrasi Transportasi Umum

Selain itu, integrasi antar moda juga harus jadi prioritas. Bukan cuma soal menyambungkan KRL, MRT, dan LRT, tapi juga bagaimana kita memfasilitasi transportasi pendukung seperti jalur sepeda.

Sepeda bukan sekadar alat olahraga, tapi bisa jadi cherry on top untuk sistem transportasi umum yang terintegrasi. Sayangnya, jalur sepeda di Jakarta masih sekadar cat hijau tanpa perlindungan. Kita butuh jalur sepeda yang eksklusif dan aman untuk benar-benar menarik minat warga.

Kebijakan Transportasi Jakarta

Masalah lainnya adalah soal harga. Transportasi umum di Jakarta sebenarnya sudah cukup terjangkau, seperti TransJakarta dengan tarif Rp3.500. Tapi, untuk moda seperti MRT dan LRT, tarifnya masih terasa berat bagi mereka yang bergaji UMR. Subsidi untuk kelompok tertentu bisa menjadi solusi, seperti yang pernah dijanjikan oleh salah satu kandidat gubernur.

Terakhir, kita butuh kampanye yang kuat untuk mengubah pola pikir masyarakat. Banyak yang masih punya stigma negatif terhadap transportasi umum, padahal layanan sekarang jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu.

Pemerintah bisa menggandeng influencer untuk memberikan edukasi tentang manfaat transportasi umum, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.

Frekuensi Layanan Transportasi Jakarta

Mungkin kita tidak butuh proyek-proyek besar yang hanya menjadi ajang pamer. Fokuslah pada penyempurnaan yang sudah ada. TJ (TransJakarta) yang sudah 20 tahun berjalan pun belum sepenuhnya optimal. Daripada menghabiskan anggaran untuk proyek baru, lebih baik anggaran itu dialokasikan untuk memperbaiki apa yang ada.

Pilihan ada di tangan kita sebagai warga. Apakah kita ingin pemimpin yang fokus pada penyempurnaan infrastruktur atau yang sibuk mengejar proyek besar tanpa ujung? Satu hal yang pasti, mobilitas warga Jakarta bisa menjadi lebih baik dengan kebijakan yang tepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *