Bayangin kamu udah susah payah nyiapin ide cemerlang buat investasi perusahaan, tapi pas giliran presentasi ke para bos, idemu langsung ditolak mentah-mentah. Tanpa alasan. Gitu aja. Sakit sih, tapi itu yang kejadian sama Finn, salah satu manajer di perusahaan multinasional.
Saking galaunya, Finn pun buka laptop, mulai ngepoin internet, cari-cari cara biar ide kayak punya dia bisa didengar semua orang, bukan cuma disikat sama segelintir orang di atas. Di situlah dia nemu satu konsep yang namanya DAO. Bukan nama superhero, tapi singkatan dari Decentralized Autonomous Organization. Kedengerannya ribet? Tenang, mari kita kulik bareng.
Ketika Rasa Penasaran Bertemu Ahli Blockchain
Karena makin penasaran, Finn akhirnya ngobrol sama temannya, Sam, yang udah lama ngulik dunia blockchain. Dia cerita soal idenya, kegagalan presentasinya, sampai akhirnya nemu DAO. Sam pun semangat jelasin, mulai dari dasar banget: blockchain itu apa sih sebenarnya?
Ngerti DAO, Harus Ngerti Blockchain Dulu
Sam bilang, blockchain itu kayak buku besar digital, tapi setiap halamannya disalin ke banyak komputer di seluruh dunia. Jadi kalau ada yang mau ubah isi bukunya sembarangan? Gak bisa. Gampangnya, data di blockchain itu susah banget dimanipulasi.
Nah, DAO ini dibangun di atas sistem blockchain itu. Organisasi ini jalan berdasarkan aturan yang udah dikoding di awal, dan semua keputusan diambil lewat voting para anggotanya. Enggak ada atasan, enggak ada bos yang bisa main veto. Semua anggota punya suara yang sama.
Cara DAO Jalan, Step by Step Ala Sam
Karena Finn makin kepo, Sam pun kasih penjelasan singkat tapi nendang soal gimana DAO bisa jalan:
Step 1: Tulis Aturannya
Sebelum DAO diluncurin, sekelompok orang bikin semacam kontrak digital—namanya smart contract. Ini bukan kontrak biasa, tapi program yang jalan otomatis pas kondisi tertentu terpenuhi. Nah, aturan main DAO ditulis di smart contract ini, dan begitu udah aktif di jaringan blockchain (biasanya di Ethereum), enggak bisa diubah sembarangan.
Step 2: Pendanaan
Setelah aturan siap, masuk ke fase penggalangan dana. Orang-orang yang percaya sama DAO tersebut bisa “beli tiket masuk” dengan membeli token. Token ini bukan cuma simbol kepemilikan, tapi juga hak suara buat voting keputusan.
Step 3: Voting dan Eksekusi
Setelah punya cukup dana, DAO mulai jalan. Anggotanya bisa ngusulin ide, voting bareng, dan kalo mayoritas setuju, langsung dieksekusi sesuai isi smart contract. Jadi enggak ada keputusan diam-diam di ruang rapat. Transparan dan demokratis.
Kenapa DAO Pernah Jadi Kontroversi?
Sayangnya, sejarah DAO enggak selalu mulus. Tahun 2016, DAO pertama yang diluncurkan oleh tim bernama Slock.it kena serangan hacker. Mereka manfaatin celah di kode dan nguras sekitar 3,6 juta ETH—waktu itu nilainya kira-kira 50 juta dolar. Gila gak tuh?
Hal ini bikin komunitas Ethereum pecah jadi dua kubu: satu setuju untuk “memutar balik waktu” lewat hard fork, dan yang lain pengen sistem tetap berjalan apa adanya (yang dikenal sebagai Ethereum Classic).
Akhirnya, dilakukanlah hard fork. Artinya, sejarah transaksi diubah, dan dana yang dicuri dialihkan ke smart contract baru supaya bisa diklaim lagi sama investor yang jadi korban. Dari sinilah lahir dua blockchain berbeda: Ethereum dan Ethereum Classic (ETC).
Gimana Cara Gabung DAO?
Pertanyaannya sekarang: kalau kamu mau jadi bagian dari DAO, harus ngapain?
Jawabannya bukan voting atau bikin smart contract sendiri, tapi dengan membeli token DAO, biasanya pakai Ethereum. Jadi, opsi yang paling tepat: B. Membeli Ether Token.
Jadi, Buat Apa DAO Itu?
Buat Finn, DAO bisa jadi solusi buat bikin sistem kerja yang lebih transparan dan demokratis. Gak ada lagi cerita ide bagus ditolak mentah-mentah tanpa alasan. Semua orang punya hak yang sama, dan keputusan diambil rame-rame, bukan cuma oleh elit-elit perusahaan.
Buat dunia, DAO adalah langkah awal menuju organisasi masa depan yang terbuka, aman, dan dijalankan tanpa perlu ‘bos’ dalam arti tradisional. Yang kerja bukan orang, tapi kode yang jujur dan otomatis.
Sejak kejadian DAO hack itu, dunia blockchain udah banyak belajar. Ethereum pun tumbuh jadi pondasi utama buat banyak inovasi di dunia crypto dan DeFi. Dan mungkin, seperti Finn, kamu juga bisa mulai mikir: “Gimana kalau masa depan organisasi justru ada di DAO?”
Kalau kamu suka ide dunia tanpa bos, dengan aturan yang transparan dan kekuasaan dibagi rata ke semua anggota—DAO bisa jadi konsep yang perlu kamu lirik.