Jordan, seorang fresh graduate yang baru bekerja sebagai insinyur junior di sebuah perusahaan besar, sedang giat menabung untuk melanjutkan studi. Namun, suatu hari ia mendapat kabar buruk: bank tempat ia menyimpan uangnya bangkrut, dan seluruh tabungannya ikut lenyap. Ia tidak habis pikir—bagaimana bisa uang yang ada di rekeningnya tiba-tiba hilang begitu saja?
Saat curhat ke temannya, Jack, ia akhirnya memahami cara kerja bank. Jack menjelaskan bahwa bank sebenarnya hanya sistem terpusat yang menyimpan data transaksi nasabah. Uang yang ada di rekening sebenarnya hanyalah angka dalam sistem, bukan sesuatu yang benar-benar tersimpan di dalam bank. Karena bank menggunakan uang nasabah untuk berbagai keperluan investasi, jika mereka mengalami krisis keuangan, maka dana nasabah pun ikut terancam. Salah satu contoh paling terkenal adalah kebangkrutan Lehman Brothers yang menyebabkan krisis keuangan global pada tahun 2008.
Mendengar penjelasan itu, Jordan mulai menyadari bahwa dengan menaruh uang di bank, ia sebenarnya menyerahkan kendali penuh atas uangnya kepada pihak lain. Hal ini tidak hanya menimbulkan masalah transparansi, tetapi juga berisiko terkena gangguan teknis, seperti kesalahan sistem yang bisa membuat saldo terpotong dua kali. Dengan semua risiko itu, Jordan pun bertanya, “Kalau sistem bank punya banyak kelemahan, ada solusi lain nggak?”
Jack tersenyum dan menjawab, “Tentu saja ada—Bitcoin.”
Apa Itu Bitcoin?
Jordan belum pernah mendengar Bitcoin sebelumnya, jadi ia meminta Jack untuk menjelaskan lebih lanjut. Jack pun mengisahkan bahwa pada tahun 2008, seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto menerbitkan sebuah whitepaper yang memperkenalkan konsep mata uang digital bernama Bitcoin. Tujuannya adalah menciptakan sistem keuangan yang desentralisasi, di mana orang bisa bertransaksi tanpa harus bergantung pada bank atau pemerintah. Dengan konsep ini, Bitcoin bertujuan mengatasi berbagai masalah keuangan tradisional seperti transparansi rendah, korupsi, dan risiko double spending.
Namun, Jordan masih penasaran. “Bagaimana Bitcoin bisa menyelesaikan masalah yang bahkan bank besar pun tidak bisa atasi?” tanyanya.
Blockchain: Teknologi di Balik Bitcoin
Jack menjelaskan bahwa Bitcoin berjalan di atas teknologi blockchain. Ini adalah sistem penyimpanan data yang sangat aman, di mana semua transaksi dicatat dalam buku besar digital yang tersebar di banyak komputer di seluruh dunia. Karena data disimpan di banyak tempat, hampir mustahil bagi seseorang untuk meretas atau memanipulasi sistem.
Keunggulan lain dari Bitcoin adalah tidak adanya perantara. Dalam transaksi bank, biasanya ada pihak ketiga yang mengatur aliran uang, seperti bank atau perusahaan kartu kredit, yang mengambil biaya transaksi. Dengan Bitcoin, semua transaksi dilakukan langsung antar pengguna, sehingga lebih murah dan efisien.
Jordan akhirnya paham mengapa Bitcoin dianggap sebagai solusi alternatif. Tapi pertanyaannya, bagaimana cara mendapatkan Bitcoin?
Cara Memiliki dan Menggunakan Bitcoin
Jack menjelaskan bahwa Bitcoin bisa dibeli melalui berbagai platform jual beli aset kripto. Setelah memiliki Bitcoin, pengguna akan mendapatkan ID unik yang memberi mereka kendali penuh atas uang mereka sendiri. Bitcoin dapat dikirim atau diterima dengan mudah, dan bisa ditukar kembali menjadi mata uang biasa kapan saja. Berikut beberapa platofrm jual beli aset kripto di dunia :
- Binance
- Coinbase
- Kraken
- Bitfinex
- Bittrex
- OKX
- Huobi
- KuCoin
- Bybit
- Gate.io
- Bitstamp
- Crypto.com
- Luno
- Indodax
- Pintu
Jack juga menyebutkan kisah sukses seorang investor bernama Vignesh Sundaresan, yang hanya dengan investasi $5.000 di Bitcoin, akhirnya menjadi miliarder. Jika Jordan dulu menaruh uangnya di Bitcoin daripada di bank, nilainya mungkin sudah berlipat ganda sekarang!
Mengapa Bitcoin Belum Digunakan Semua Orang?
Jordan merasa Bitcoin terdengar seperti solusi sempurna. Tapi kalau begitu, mengapa belum semua orang menggunakannya?
Jack menjelaskan bahwa meskipun Bitcoin menawarkan banyak manfaat, masih ada tantangan besar. Bitcoin tidak dikendalikan oleh bank atau pemerintah, yang membuat beberapa pihak melihatnya sebagai sesuatu yang berisiko. Bahkan investor besar seperti Warren Buffett dan Mark Cuban masih skeptis terhadap Bitcoin.
Namun, beberapa negara seperti AS, Jepang, dan China mulai mengadopsi mata uang digital ini. Beberapa perusahaan besar seperti Microsoft, Expedia, KFC, dan Overstock bahkan sudah menerima pembayaran dengan Bitcoin. Seiring waktu, kepercayaan terhadap Bitcoin bisa semakin meningkat, dan mungkin suatu hari nanti, sistem keuangan global benar-benar akan berubah.
Apakah Bitcoin Masa Depan Keuangan?
Dari pengalaman Jordan, kita bisa melihat bagaimana sistem keuangan tradisional masih memiliki banyak celah. Bitcoin muncul sebagai alternatif yang lebih transparan, aman, dan tidak bergantung pada otoritas pusat. Namun, karena adopsinya masih dalam tahap awal, belum semua orang siap beralih ke mata uang digital ini.