Bayangin kalau internet bukan cuma layar yang kamu lihat, tapi dunia yang bisa kamu masuki dan eksplorasi. Daripada cuma scrolling media sosial atau nonton video YouTube, kamu bisa benar-benar hadir di dalamnya, ngobrol sama teman-teman seolah-olah mereka ada di depanmu, atau bahkan menghadiri konser tanpa harus keluar rumah. Nah, konsep inilah yang disebut metaverse.
Apa Itu Metaverse?
Istilah metaverse pertama kali muncul dalam novel fiksi ilmiah Snow Crash karya Neil Stevenson tahun 1992. Dalam bukunya, Stevenson menggambarkan metaverse sebagai dunia digital raksasa yang eksis berdampingan dengan dunia nyata. Konsep ini kini berkembang menjadi lingkungan virtual yang memungkinkan penggunanya berinteraksi dengan dunia digital dan sesama pengguna lainnya.
Mark Zuckerberg, CEO Meta, memperkirakan bahwa elemen utama metaverse baru akan menjadi mainstream dalam 5–10 tahun ke depan. Tapi, sebenarnya metaverse sudah mulai terbentuk. Internet super cepat, perangkat VR (virtual reality), serta dunia digital yang terus terhubung 24/7 sudah ada dan berkembang pesat. Kalau kamu punya mata uang kripto, NFT, atau perangkat VR, berarti kamu sudah menjadi bagian dari metaverse tanpa sadar!
Metaverse dan Dunia Game
Meski metaverse lebih luas dari sekadar dunia game, industri gaming sudah lebih dulu mengadopsi konsep ini. Contohnya, dalam game seperti Fortnite, pemain bisa menggunakan avatar digital, berinteraksi dengan pemain lain, serta mengumpulkan mata uang virtual untuk membeli item dan aksesori.
Di masa depan, metaverse akan membawa pengalaman game ke level yang lebih tinggi. Pemain nggak cuma sekadar mengendalikan karakter di layar, tapi bisa benar-benar “masuk” ke dunia virtual untuk melakukan berbagai hal, mulai dari membeli tanah, menggelar pesta, bahkan menikah dengan avatar digital!
Teknologi yang Membentuk Metaverse
Metaverse tidak hanya mengandalkan virtual reality (VR), tapi juga augmented reality (AR) yang menggabungkan dunia nyata dengan elemen digital. Beberapa diantaranya:
- Perangkat VR & AR: Seperti Oculus dan HTC Vive, yang memungkinkan pengguna untuk benar-benar merasa hadir di dunia digital.
- Haptic Feedback: Teknologi ini memberikan sensasi sentuhan dan getaran untuk membuat interaksi lebih realistis.
- Mixed Reality: Kombinasi antara VR dan AR, yang memungkinkan pengguna untuk merasakan dunia digital dengan lebih banyak indra, termasuk sentuhan dan bau.
Bagaimana Metaverse Mengubah Internet?
Metaverse nggak cuma bakal mengubah cara kita bermain game, tapi juga cara kita bekerja, belajar, dan bersosialisasi. Beberapa manfaatnya antara lain:
Interaksi Lebih Nyata
Bayangkan kalau kamu bisa ngobrol dengan teman di belahan dunia lain seolah-olah mereka ada di hadapanmu, tanpa perlu biaya perjalanan mahal.
Pendidikan yang Lebih Imersif
Pelajar bisa melakukan eksperimen tanpa risiko bahaya, seperti simulasi laboratorium atau eksplorasi sejarah dengan berjalan langsung ke zaman kuno dalam dunia virtual.
Revolusi di Dunia Medis
Dokter bisa melakukan operasi dari jarak jauh dengan bantuan teknologi VR, memungkinkan layanan medis lebih merata di seluruh dunia.
Ekonomi Digital yang Berkembang
Dengan adanya mata uang kripto dan NFT, metaverse membuka peluang ekonomi baru. Pengguna bisa membeli, menjual, atau menyewakan properti digital, serta menciptakan bisnis virtual yang benar-benar menghasilkan uang nyata.
Tantangan dan Risiko Metaverse
Tentu saja, seperti teknologi baru lainnya, metaverse juga membawa tantangan tersendiri:
- Keamanan dan Privasi
AR dan VR bisa membuat pengguna rentan terhadap pencurian data atau bahkan kejahatan dunia nyata jika informasi lokasi atau identitas mereka bocor.
- Potensi Kecanduan
Karena terlalu imersif, metaverse bisa membuat penggunanya menghabiskan terlalu banyak waktu di dunia virtual hingga mengabaikan kehidupan nyata.
- Biaya dan Aksesibilitas
Saat ini, perangkat VR dan AR masih cukup mahal, sehingga belum semua orang bisa menikmati pengalaman metaverse secara maksimal.
- Masa Depan Metaverse
Meskipun teknologi metaverse masih dalam tahap awal, perkembangannya berjalan cepat. Bill Gates bahkan memprediksi bahwa dalam 2–3 tahun ke depan, sebagian besar pertemuan kerja akan beralih dari ruang virtual 2D ke metaverse berbasis 3D, di mana peserta bisa berinteraksi menggunakan avatar digital.